Gula-gula

17266164_267294620383773_5690335654311886848_n

Hening. Dion benar-benar irit bicara. Tak banyak kata darinya sepanjang kami nonton berdua hingga perjalanan pulang ini.

“Belajar dari gue yang pakar percintaan ini,” ujar Meli siang tadi. “Nonton itu awal dari sebuah PDKT.”

“Dear pakar percintaan yang baru aja diputusin,” candaku. “Mungkin aja ‘kan dia lagi gak ada teman buat nonton bareng.”

“Ih, gak usah diungkit kali putusnya,” ucap Meli. “Tapi Fris, Dion yang pendiam itu tiba-tiba aja beliin gula-gula favorit lo dan ngajak nonton malam ini. That’s a sign, Beib!”

“Udahlah Mel, gue gak mau berharap lebih,” sergahku.

Tapi kemudian hatiku berkhianat. Ia berharap manis yang tak berakhir. Seperti gula-gula favoritku yang selalu bisa dinikmati. Satu sehari, tak boleh lebih.

“Fris,” panggil Dion dari balik kemudi yang membuyarkan lamunanku. “Aku boleh tanya sesuatu?”

Loh, kenapa mau nanya aja pake izin segala?

“Boleh kok, Dion,” jawabku semanis mungkin.

“Meli baru putus, yah?”

“Iya, benar,” jawabku tanpa curiga. “Nerdy kayak kamu ngikutin gosip juga ternyata yah.”

Dion tampak tersipu. “Hmm, Fris,” ucap Dion lagi. “Kira-kira aku masuk kriterianya Meli gak yah?”

Dan begitulah harapanku berakhir. Ternyata, tak semanis gula-gula yang kusesap tiap hari. Sial!

***

Pernah diikutkan dalam #storialpicstorychallenge di instagram dengan tema ‘Modus’.